Mantan Preman Jadi Jutawan

Friday, January 30, 20150 komentar

Mantan Preman Jadi Jutawan
Seburuk apapun masa lalu seseorang, kita tidak akan tahu bagaimana masa depannya. Mungkin ini adalh ungkapan yang cocok untuk mantan preman yang satu ini. Ia berhasil menjadi seorang jutawan dengan usaha yang ia kembangkan.

Gunawan Supriadi, pria asal Lampung barat ini dulunya memiliki reputasi yang sangat buruk. Ia yang dulu dikenal dengan preman yang menguasai sejumlah lahan parkir di Liwa, Lampung Barat. Namun sekarang ia lebih dikenal masyarakat sebagai pengusaha kopi luwak yang berhasil.

Ia merupakan salah satu produsen kopi luwak di Way Mengaku, Liwa, Lampung Barat. Ia menghasilkan kopi luwak dengan memelihara sendiri di pekarangan rumahnya. Saat ini produk yang dikenal dengan Raja Luwak ini  sudah mampu menembus pasaran di Jakarta dan kota-kota besar ditanah air. Selain itu Ia juga membina dan mengkoordinasi 10 produsen kopi luwak di daerahnya. Sebagian dari mereka masih pemula dan belum memiliki pasar ataupun merek dagang sendiri.

Gunawan tak hanya merangkul pasaran di tanah air. Kopi luwak yang di hasilkannya mampu menjadi komoditas yang di kenal dunia. Dengak bekeja sama dengan sejumlah eksportir, ia berhasil memsarkan produknya hingga ke berbagai negara diantaranya Korea, Jepang, Hongkong dan Kanada.

Untuk harganya sendiri Gunawan menjual kopi luwak di tanah air dalam bentuk bubuk dengan harga sekitar Rp. 600.000/kg. Sedangkan diluar negeri harganya bisa mencapai Rp. 5juta - Rp. 8juta/ kg dalam bentuk bbubuk.

Gunawan mulai menekuni usaha kopi luwak sekitar tiga tahun yang lalu. Hal itu berawal dari hobinya yang gemar memelihara hewan-hewan liar. Waktu itu luwak-luwaknya hanya sekedar dipelihara saja sebelum akhirnya ia memeiliki ide untuk menghasilkan kopi luwak. Hingga saat ini ia bisa mengembangkan bisnisnya bahkan ia bisa mengharumkan nama daerahnya.

Berawal dari seorang temanya sering meminjam luwak-luwaknya untuk diurus dan diberi makan kopi. Lalu anehnya kotoron luwaknya dikumpulkan oleh temannya tersebut.. Ia merasa penasaran dan mememinta kenalanya untuk mencari informasi di internet apakah kotoran luwak bisa dijual. Kemudian dari situ ia memperoleh bahwa kopi yang dihasilkan dari kotoron luwak memiliki nilai jual yang tinggi. Dia melihat ini sebagi peluang usaha besar.


Gunawan yang kala itu masih menjadi preman parkiran dan memiliki 16 anak buah dari jaringganya, kemudian meminta anak buahnya untuk mencarikan luwak sebanyak-banyaknya. Ia ingin mencoba memproduksi kopi luwak. Namun saat itu ia masih terganjal masalah pemasaran. Tak tinggal diam, ia mencoba menawarkan kopi luwak hasil produksinya ke cafe dan hotel-hotel.

Sedikit demi sedikit usahanya mulai berkembang. Pada saat musim kopi ia bisa memelihara hingga 60 ekor luwak. Namun jika tidak pada musimnya ia melepaskan sebagian luwaknya kepada perajin dan melepaskan ke alam. Rata-ra ia bisa memproduksi 20 kg kopi bubuk dan 2 kuintal dalam bentuk brenjelan tiap bulannya.

Gunawan berharap dengan keberadaan kopi luwak dapat memberikan nilai tambah, yaitu penghidupan yang lebih baik bagi dirinya dan para pengrajin atu produsen kopi luwak lainnya. Selain produsen. para petani kopi juga isa terangkat kesejahteraan hidupnya.

Kini setelah perlahan mulai bisa menata hidupnya ia memilih berhenti dari profesi koordinator parkir. Ia juga sempat masul sel hingga dua kali akibat perselisihan lahan parkir. Namun itu semua hanya masa lalu dari gunawan.

Usaha kopi luwak yang ditekuninya bersama dengan belasan warga Way Mengaku lainya merupakan sebuah bentuk kemandirian ekonomi masyarakat. Karena mulai dari proses produksi, pengemasan hingga pemasaran, Semuanya dilakukan secara mandiri. Artinya tidak ada bantuan dari pemerintah maupun perusaahan swasta lainnya.

Share this article :

Post a Comment

 
Support : @fb toeropong
Copyright © 2011. Toeropong - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger