Tempe, Makanan Tradisional Yang Mendunia

Friday, February 6, 20150 komentar

Tempe merupakan salah satu makanan khas Indonesia. Makanan ini sering kali dianggap sebagai makanan orang kampung, tapi banyak sekali yang menyukainya. Selain harganya yang murah, tempe juga memiliki kandungan gizi.

Biasanya orang akan menggunakan tempe sebagai makanan alternatif ketika dompet sudah mulai tipis. Tak sedikit pula orang memandang makanan ini dengan sebelah mata. Namun, tempe yang sering dianggap sebagai makanan 'ndeso' ini ternyata telah mendunia. Bahkan tempe disebut-sebut dengan magic food.

Makanan trasional khas Indonesia ini telah menyebar ke berbagai negara didunia. Ini merupakan suatu kebanggan, karena salah satu makanan tradisional Indonesia bisa lebih dikenal oleh mancanegara. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah produksi tempe dalam jumlah besar.

Rustono, merupakan pengusaha tempe yang mengembangkan bisnisnya tersebut di negara Jepang. Ia mempdoduksi tempe dalam jumlah besar. Ia juga memiliki ruang penyimpanan, dan didalam ruang penyimpanan tersebut bisa meyimpan tempe beku yang masa simpannya bisa mencapi satu tahun. Dari hasil produksinya, ia telah mendistribusikan tempe hingga ke seleruh Jepang. Bahkan tempe hasil produksinya juga sudah menembus pasar dunia seperti, Prancis, Swiss, Mexico, Korea, Brazil, Polandia, Hongaria, dan masih banyak lagi.

Usahanya yang dikenal dengan sebutan Rusto's Tempe itu juga telah di distribusikan ke berbagai negara. Bahkan tempe hasil produksinya juga menjadi bahan menu dalam hidangan maskapai penerbangan Garuda Indonesia dengan rute Osaka - Denpasar. Padahal sebelumnya ia mengalami kesulitan dalam pemasaran selama beberapa bulan pertamanya karena tempenya tidak laku untuk dijual.

Pada tahun 1998, Rustono mulai mencoba usaha pertamanya untuk memproduksi tempe di Jepang. Awalnya banyak orang jepang yang tidak yakin dengan wajah asingnya. Rustona sempat gagal memproduksi tempe selama empat bulan dikarenan perbedaan suhu dan kelembaban.

Rustono dan Keluarga

Kemudian ia belajar membuat tempe pada pengrajin tempe tradisional di Indonesia. Sebelumya ia mengalami kendala dalam proses pembuatan tempe karena suhu dan kelembaban kemudian memanfaatkan teknologi untuk mengatasinya. Teknologi yang ia gunakan bisa mempertahankan temperatur suhu dalam ruangan produksi tersebut diatas 30 derajat celcius. Dengan begitu, produksi tempe masih bisa berjalan walaupun pada musim dingin atau musim salju.

Setelah berhasil mengatasi masalah dalam proses pembuatan, ia kemudian dihadapkan dengan sulitnya menjajakan tempenya. Satu persatu restournat maupun hotel ia datangi tapi tetep saja mendapat penolakan. Wajar saja, saat itu tempe masih menjadi makanan asing bagi masyarakat jepang. Rustono terus saja mencoba menjajakan tempenya, dan meski terus menerus menadapat penolakan ia tetep saja meninggalkan contoh tempenya.

Usaha yang dilakukannya selama ini tidak sia-sia. Berkat kegigihanya membangun usaha pada saat musim salju menjadi perhatian salah satu media yang kemudian tertarik untuk meliput kerja kerasnya. Setelah itu, berita tempe produksinya muncul dan megisi satu halaman penuh pada media tersebut. Dari sinilah usahnya mulai dikenal dan diterima dan ia berhasil mendapat pelanggan pertamanya dari seorang pemilik restourant yang dulunya sempat menolak tempe yang ia tawarkan.

Menurut Rustono, pelanggan-pelangganya sering kali menyebut tempe sebagai 'magic food'. Dengan satu bahan makanan bisa menciptakan lebih dari 60 menu tempe yang berbeda-beda.

Share this article :

Post a Comment

 
Support : @fb toeropong
Copyright © 2011. Toeropong - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger